Seni rupa modern Indonesia sering dihubungkan dengan gagasan nasionalisme dan aktivisme politik. Pada akhir 1930-an Soedjojono telah mengemukakan pentingnya “jiwa Indonesia” dalam setiap lukisan seniman Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang seni rupa juga merupakan alat aktivisme politik yang penting. Mula-mula untuk mendukung Asia Timur Raya dan kemudian untuk melawan agresi militer Jepang dan Belanda. Tetapi penggunaan seni rupa sebagai alat kampanye nasionalisme dan aktivisme politik yang paling intensif mungkin adalah yang dilakukan LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat).

Salah satu tujuan utama LEKRA adalah mengembangkan kebudayaan rakyat yang bersifat antikolonial dan antiimperialis. Dan LEKRA bukan saja bergerak di bidang seni modern seperti sastra, seni rupa, dan film, tetapi juga di bidang seni rakyat tradisional seperti ludruk, ketoprak, lenong, wayang, wayang orang, atau seni batik.

Claire Holt (1967) menyebut pada 1950-an dan 1960-an seniman-seniman Yogyakarta sering diasosiasikan dengan LEKRA. Dua perkumpulan pelukis Indonesia terpenting sesudah perang yang berpusat di Yogyakarta, yaitu Pelukis Rakyat pimpinan Hendra Gunawan dan Affandi, dan Seniman Indonesia Muda (SIM) pimpinan Soedjojono, sejumlah besar anggotanya memang adalah pendukung LEKRA. Karena itu kedua sanggar ini sering disebut sanggar-sanggar LEKRA. Sanggar Bumi Tarung pimpinan Amrus Natalsya, yang berdiri lebih belakangan, juga berasosiasi dengan LEKRA. Dan si luar sanggar masih ada pelukis-pelukis seperti Basuki Resobowo atau Henk Ngantung yang memainkan peran organisasional penting LEKRA di tingkat pusat.

Saya berupaya menyusun catatan awal tentang hubungan LEKRA dengan seni rupa. Perhatian saya terutama adalah pada aspek-aspek sosial dan politik dari hubungan itu, bukan pada “kajian tekstual” atas karya-karya seniman LEKRA. Argumen yang mau saya tunjukkan adalah bahwa dalam hubungan LEKRA dengan seni rupa, konteks sosial dan politik memainkan peran yang lebih dominan. Dengan begitu saya mau melihat bagaimana hubungan LEKRA dengan seni rupa itu dimulai dan dengan cara apa hubungan itu dikembangkan dan dijalankan.